Sekedar Berbagi Tulisan, Semoga Bisa Bermakna

welcome

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik; seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk; seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS:Ibrahim ayat 24 - 26)

Buat teman-teman, Saya ucapin "Selamat Datang di Blog saya yang baru". Lewat blog ini, saya hanya ingin share tulisan tentang pengalaman, cerita, ilmu ataupun sesuatu pengetahuan yang mungkin bisa bermanfaat buat kawan-kawan semua atau setidaknya sedikit banyak bisa memberi manfaat bagi teman-teman yang sudah membacanya. Saya juga harapkan adanya kritikan yang membangun dari kawan-kawan semua demi terciptanya blog saya agar lebih bagus lagi dari segi kualitas isi dan bacaannya. AMIN

Tafsir Gerhana, Imam Mahdi, dan Kiamat Menjelang


TERJADINYA gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadan memunculkan beragam sikap di masyarakat. Komunitas Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang dipimpin Ustad Abu Bakar Ba'asyir menangkap fenomena ini sebagai telah dekatnya kehadiran Imam Mahdi. Sementara di Bandung, sedikitnya 280 jemaat --dari segala usia-- pimpinan Mangapin Sibuea menantikan hari kiamat pada Senin, 10 November lalu.

Kiamat urung tiba. Dan, jemaat Mangapin Sibuea dievakuasi aparat kepolisian, lengkap dengan ejekan, cemoohan, dan umpatan dari masyarakat. Tapi, mereka tetap berkeyakinan bahwa kiamat akan hadir sungguh-sungguh, nanti, pada 2007.

Dalam pandangan Islam, sebelum kiamat benar-benar terwujud, Imam Mahdi muncul ke permukaan bumi. Dia bertempur habis-habisan dengan Dajjal. Akhirnya, Dajjal terkalahkan, setelah Imam Mahdi --menurut sebagian riwayat-- dibantu Isa Al-Masih yang turun ke bumi.

Kehadiran Imam Mahdi yang sudah mendekati waktunya itulah yang ditangkap komunitas MMI. Adalah Fauzan Al-Anshari, Ketua Departemen Data dan Informasi MMI, yang sudah empat bulan ini sibuk memberikan ceramah dan diskusi tentang hadirnya Imam Mahdi. Ia berkeliling ke berbagai daerah, dengan tugas utama menyosialisasikannya. Fauzan dengan semangat menggebu-gebu begitu yakin bahwa kehadiran Imam Mahdi itu terkait dengan gerhana bulan dan matahari yang terjadi pada bulan suci Ramadan kali ini.

Fauzan tak mengada-ada. Ia menyandarkan argumentasinya itu pada hadis yang diriwayatkan Daruqutni dalam "sunan"-nya. Adalah Muhammad bin Ali berkata, "Sesungguhnya, Al-Mahdi yang kita nantikan itu memiliki dua mukjizat yang belum pernah terjadi semenjak Allah menciptakan langit dan bumi, (yakni) bulan mengalami gerhana pada malam pertama (awal) bulan Ramadan, sedangkan matahari mengalami gerhana pada pertengahan bulan itu, dan kedua hal itu belum pernah terjadi sejak Allah menciptakan langit dan bumi."

uga ada hadis yang diriwayatkan Nu'aim bin Hammad, guru Imam Bukhari, dalam kitabnya, Al-Fitan, "Bila telah muncul suara pada bulan Ramadan, maka akan terjadi huru-hara pada bulan Syawal.... Kami bertanya, 'Suara apakah, ya, Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Pada pertengahan bulan Ramadan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat pada tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan salat subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah, tutuplah pintu, sumbatlah lubang (ventilasi)-nya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian mendengar suara menggelegar, maka bersujudlah kepada Allah dan ucapkanlah: subhaanal-quddus, subhaanal-quddus, rabbunal-quddus! Karena, barang siapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi siapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa'."

Tak berhenti sampai di sini. Setelah terjadi dua gerhana di bulan suci Ramadan, lalu ada ledakan di dalamnya. Peristiwa berikutnya adalah huru-hara pada bulan Syawal. Di bulan Zulkaidah akan terjadi konflik antarsuku dan perselisihan antarnegari umat Islam. Lalu, pada bulan Zulhijah, di musim haji, akan terjadi perampokan terhadap para jamaah haji dan peperangan antarsuku dan bangsa muslim. Darah mengalir di Jumrah Aqabah. Berikutnya adalah munculnya Imam Mahdi, yang akan dibaiat kaum muslimin pada hari Asyura (10 Muharam).

Hadis yang dikutip Fauzan itu berasal dari dua buku karya ilmuwan asal Mesir, Amin Muhammad Jamaluddin, Huru-hara Akhir Zaman: Penjelasan Terakhir untuk Umat Islam, dan Umur Umat Islam: Kedatangan Imam Mahdi & Munculnya Dajjal. Apa yang dikemukakan Fauzan itu didukung penuh oleh Ustad Abu Bakar Ba'asyir.

Tak hanya Fauzan, beberapa aktivis MMI juga tengah menjadi tim sukses akan hadirnya Imam Mahdi. Itu dilakukan di setiap ceramah dan pengajian-pengajian yang mereka lakukan. Dan buku Amin Jamaluddin menjadi pegangannya. Juga beredar poster-poster yang diterbitkan Granada Solo. Isinya, antara lain, bertajuk Petaka Akhir Zaman dan Imam Mahdi versus Dajjal.

Di Koperasi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, poster-poster tersebut bisa dibeli dengan harga Rp 8.000 per poster. Ada delapan poster yang diterbitkan, tapi hanya tiga yang berkait langsung dengan Imam Mahdi. Baik buku maupun poster laris manis, terjual ribuan ribuan --bahkan puluhan ribu-- eksemplar.

Meski gencar mempromosikan hadirnya Imam Mahdi, tak ada ritual khusus dalam menyongsong kehadiran dua gerhana di bulan Ramadan ini. Hanya, ketika mendengar suara keras di tengah-tengah bulan Ramadan, orang muslim dianjurkan bersujud dan berdoa: subhanal-quddus, subhanal-quddus....

Adapun dua buku Amin Jamaluddin itu dua bulan lalu dibedah di Pondok Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah, yang diasuh Ustad Abu Bakar Ba'asyir. Sebelumnya, buku tersebut pernah beberapa kali dibahas di beberapa tempat di Solo. Bahkan, bagi santri di Ngruki dan Pondok Pesantren Al-Islam, Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur, tak lagi asing dengan dua buku itu.

Dalam pandangan Ustad Abdurrahman, putra Ustad Abu Bakar Ba'asyir, dua buku karya Amin Jamaluddin itu lebih bersifat memberi teguran pada umat Islam. "Bahwa umat Islam itu sekarang sudah berada di depan mulut singa," katanya.

Karena itu, persiapan fisik menyambut Imam Mahdi pun dilakukan. Ini dilakukan Ustad Muhammad Zakaria, pengasuh Pondok Pesantren Al-Islam, Tenggulun. Zakaria, yang pernah nyantri di Ngruki dan pengagum berat Ustad Abu Bakar Ba'asyir, percaya bahwa kehadiran Imam Mahdi sudah dekat. Karena itu, ia menyerukan kepada umat Islam agar mempersiapkan diri.

Caranya? "Ya, dengan bekal takwa. Kapan pun Imam Mahdi datang, kita sudah siap," tutur Zakaria kepada M. Syaifullah dari GATRA. Zakaria juga mempersiapkan santrinya secara fisik. Ini karena Zakaria berkeyakinan, kedatangan Imam Mahdi nanti akan menimbulkan perang fisik. "Lho, nanti kan akan terjadi perang dengan orang kafir," katanya, enteng.

Sinyal-sinyal itu sudah ada. Menurut Zakaria, penyerangan atas Irak, Afghanistan, dan berkumpulnya pasukan Eropa di kawasan Kuwait merupakan pertanda bahwa perang antara umat Islam dan non-Islam sudah terjadi.

Tapi, rupanya, kalangan MMI sendiri belum bulat pendapat. Ketua Tanfidiyah MMI, Irfan Suryahadi Awwas, punya pandangan beda. Ia meyakini bahwa Imam Mahdi itu ada dan akan hadir. "Tapi, kapan dan siapa itu, tak ada penjelasan. Itu rahasia Allah," katanya. Itu sebabnya, menurut Irfan, pihaknya kini sedang meneliti kesahihan hadis-hadis di seputar Imam Mahdi tersebut.

Keruan saja, sikap yang ditunjukkan Fauzan dan kawan-kawan menuai kontroversi, baik dari kalangan salafi, semisal Ustad Ja'far Umar Thalib, maupun dari kelompok liberal seperti Zainun Kamal. Mantan Panglima Laskar Jihad, Ja'far Umar Thalib, tak mau mengaitkan dua gerhana itu dengan kehadiran Imam Mahdi. Baginya, Imam Mahdi, sebagai sosok orang yang berilmu dan pemimpin umat, akan hadir tapi tak ada kaitannya dengan dua gerhana di bulan Ramadan ini.

Begitu pula Zainun Kamal. Dalam pandangan dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta ini, adanya sosialisasi terhadap Imam Mahdi adalah cerminan umat Islam yang frustrasi. "Ini merupakan kemunduran," ujarnya. Tentang Imam Mahdi itu, Zainun menyandarkan pendapatnya pada ulama asal Iran, Murtadha Mutahhari.

Dalam pandangan Murtadha, Mahdi itu kan artinya yang memberi petunjuk. Ia tak akan datang kalau kita tidak berusaha semaksimal mungkin. Keadilan juga tak akan datang kalau kita tidak berjuang sungguh-sungguh. Keberhasilan dari usaha itulah yang disebut Mahdi datang. Sifatnya simbolis. "Jadi, jangan dianggap person atau pribadi yang akan datang," kata Zainun, yang selalu menekankan untuk menyikapi persoalan secara cerdas.

Pendapat senada dilontarkan Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqiel Siraj. "Imam Mahdi itu sebagai perlambang kemenangan kelompok-kelompok yang membela kebenaran mengalahkan kezaliman," tuturnya. Dalam pandangan Said, Imam Mahdi datangnya mendekati hari kiamat. "Dan, menurut saya, hari kiamat masih jauh. Masih banyak orang salat, masih banyak orang baik-baik," ia menjelaskan. "Di Jakarta saja masih banyak orang baik. Belum tahu karaoke, belum tahu mandi uap, belum tahu massage," kata Said, sembari mengumbar tawa.

Lain lagi pendangan Rektor IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Amien Abdullah. Menurut dia, fenomena alam seperti gerhana itu selalu memunculkan mitos yang diyakini masyarakat tertentu. "Apalagi kalau dilegitimasi dengan hadis," tuturnya. Amien melihat hal itu wajar-wajar saja. Tentang pertanda munculnya Imam Mahdi? Dengan enteng, Amien mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja. "Pertanda itu kan bisa 1.000 atau 2.000 tahun lagi kejadiannya?" ia menambahkan.

Bila dirujuk pada teks hadis yang berkaitan dengan Imam Mahdi, derajatnya dari yang sahih, hasan, sampai daif (lihat kolom Ali Mustafa Yakub), persoalannya menyangkut keyakinan. Dalam pandangan sebagian komunitas MMI, umat Islam dunia sudah mulai ditindas pihak Barat yang beda agama. Ketika menemukan hadis tentang dua gerhana di bulan suci, mereka pun yakin bahwa Imam Mahdi segera hadir. Andaikan tak jadi hadir, tiada merubah keyakinan mereka. Bukankah setiap peristiwa alam --meminjam istilah Amien Abdullah-- akan memunculkan mitos?

SUMBER :
Herry Mohammad, Luqman Hakim Arifin, dan Sujoko
[Laporan Utama, GATRA, Edisi 1 Beredar Jumat 14 November 2003]

0 komentar:

Posting Komentar